Entri Populer: Cemburu

Minggu, 23 Januari 2011

KECENDRUNGAN GLOBAL DALAM PEMANFAATAN TEKHNOLOGI KOMUNIKASI DAN SISTEM PENDIDIKAN TERBUKA DAN JARAK JAUH


Kecenderungan Global
Kecenderungan merupakan refleksi/gejala akan sesuatu keadaan saat ini dan bukan prediksi masa depan, keadaan/kondisi akan sesuatu yang obyektif yang sedang berlangsung bukan sekedar keadaan internal namun juga eksternal tekhnologi pendidikan dan penggunaan acuan standar konseptual dari pustaka yang ada.
Sementara itu, Menurut kamus Longman, global merupakan sesuatu yang berkaitan dengan dunia atau seluruh jagad raya. Yang dimaksud dengan sesuatu adalah masalah, kejadian, kegiatan maupun sikap.Oleh sebab itu, globalisasi terjadi karena adanya kebutuhan, keinginan, ketidakpuasan, pergaulan, persaingan, dll dalam kehidupan manusia.
Adapun kecenderungan global sekarang adalah pemberdayaan masyarakat informasi dan sumber belajar dalam membangun masyarakat berpengetahuan; pendayagunaan tekhnologi tinggi; perencanaan jangka panjang dalam menentukan keselerasan dalam kebutuhan normatif, komparatif, antisipatif, deklaratif dan ekspresif; paradigma kelembagaan alternative baik dalam hal berpikir system, budaya kelembagaan, kebijakan dan peraturan, dll; desentralisasi, demokrasi partisipatif, pola jaringan, pilihan majemuk, dll.
Dalam hal ini, penggunaan dan pengembangan tekhnologi informasi tekhnologi untuk pendidikan, pembentukan unit kerja tekhnologi komunikasi untuk pendidikan, pendidikan tenaga ahli dalam tekhnologi pendidikan, pelembagaan pusat TKPK (Pustekkom), adanya SISDIKKA dan SISDIKJA, adanya transportasi dan pariwisata, lembaga pendidikan, pertemuan-pertemuan (konferensi, seminar, dll) dan tulisan maupun cetakan (surat kabar, buku, majalah, dll) merupakan wahana pemicu globalisasi.
Para pakar tekhnologi seperti dari UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) mengatakan bahwa globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu.
Pendapat diatas didukung oleh Tilaar (1998) yang mengemukakan bahwa era globalisasi adalah suatu tatanan kehidupan manusia yang secara global telah melibatkan seluruh umat manusia. Menurut pendapat beliau, globalisasi secara khusus memasuki 3 arena penting dalam kehidupan manusia yaitu ekonomi, politik, dan budaya. Hal ini didukung oleh dua kekuatan yaitu bisnis dan tekhnologi sebagai tulang punggung globalisasi.
Miarso dalam presentasi seminar Globalisasi dan Lingkungan juga mengemukakan pengertian globalisasi merupakan proses penyebaran hasil karya dan pemikiran suat budaya sehingga melembaga dalam kebudayaan diseluruh dunia.
Oleh sebab itu Albrow (1998) mengasumsikan bahwa globalisasi adalah keseluruhan proses dimana manusia dibumi ini diinkorporasikan (dimasukkan) kedalam masyarakat dunia tunggal masyarakat global.
Huckle (1996) juga menyatakan bahwa globalisasi adalah suatu proses dengan mana kejadian. Keputusan dan kegiatan disalah satu bagian dunia menjadi suatu konsekuensi yang signifikan bagi individu dan masyarakat didaerah yang jauh.
Namun menurut Fidel Castro Ruz (2002) globalisasi adalah suatu realitas obyektif yang bisa lebih memperjelas fakta.
Sementara itu, Hamijoyo (1990) mengemukakan bahwa globalisasi didukung oleh kecepatan informasi, kecanggihan tekhnologi transportasi dan komunikasi yang diperkuat oleh tatanan organisasi dan managemen yang tangguh.
Berdasarkan pengertian diatas dapat diasumsikan bahwa kecenderungan global merupakan gejala globalisasi baik yang berbentuk fisik maupun non fisik yang telah menjadi fenomena baik secara positif maupun negatif dalam proses perubahan perkembangan peradaban dan tatanan kehidupan masyarakat. 
Gejala globalisasi tersebut menunjukkan suatu tendensi keterbukaan akan tatanan kehidupan dan struktur sosial budaya masyarakat. Pemikiran masyarakat lebih meluas dan lebih terbuka untuk berkreasi dan berinovasi. Tatanan kehidupan sosial budaya masyarakat yang dulunya bersifat tradisional dan konvensional cenderung berubah kearah yang lebih bersifat modernisasi, lebih demokratis, meluas dan terbuka yang dikenal sebagai societal opening dalam istilah sosiologi.
Kecederungan global sekarang ini berkaitan dengan gerakan pembangunan Indonesia, terutama berkaitan dengan system ekonomi terbuka dan perdagangan bebas diera globalisasi. Masyarakat mengalami dinamika yang menuju kedunia keterbukaan melalui gerakan globalisasi.
Gerakan globalisasi selalu disertai oleh perkembangan tekhnologi komunikasi yang dapat semakin dirasakan kebutuhannya untuk menjadikan masyarakat kaya akan informasi sehingga dapat mengadakan perencanaan jangka panjang pembangunan, desentralisasi, demokratis aktif melalui pola jaringan kerjasama yang sudah ditentukan sebelumnya. Jadi penerapan dan pengembangan tekhnologi komunikasi merupakan pendukung utama terjadinya proses gerakan globalisasi khususnya dalam pendidikan.

Penerapan Tekhnologi Komunikasi
Tekhnologi merupakan cara pemecahan masalah secara sistematis untuk menghilangkan kesenjangan yang ada sehingga diperoleh kenyamanan, kebahagiaan, kesejahteraan, dan sebagainya dalam kehidupan manusia. kesenjangan yang dimaksudkan adalah adanya harapan yang belum terpenuhi menjadi kenyataan. Tekhnologi juga merupakan prinsip-prinsip ilmiah dalam kehidupan praktis sehari-hari untuk kemudahan dan kenyamanan kehidupan itu sendiri.
Pendapat diatas didukung oleh Alisyahbana yang menyatakan bahwa tekhnologi merupakan cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat & akal sehingga dapat memperpanjang, memperkuat atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, panca indra dan otak manusia.
Galbralt, J.K. juga mengemukakan bahwa tekhnologi merupakan aplikasi sistematik dari sains atau pengetahuan untuk melakukan tugas praktikal.
Berdasarkan pemaparan akan pengertian diatas dapat diasumsikan bahwa tekhnologi bermanfaat untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh manusia, memenuhi kebutuhan hidup manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih nyaman dan sejahtera. tekhnologi juga membantu dalam meningkatkan pengetahuan, informasi dan komunikasi sebab tekhnologi merupakan bagian terintegral dalam kehidupan dan pembangunan masyarakat. tekhnologi juga merupakan cermin kemajuan budaya.
Adapun pengertian komunikasi adalah hubungan timbal balik yang memungkinkan terjadinya keselarasan dalam pikiran, tanggapan dan perbuatan. Komuniikasi juga berarti proses interaktif antara dua pihak atau lebih dalam menumbuhkan keharmonisan hidup. dilain pihak informasi berarti data yang tersusun dari sekumpulan huruf, angka, lambang, gambar, warna, gerakan, dll yang terintegrasi dalam bentuk pesan secara sistematik dan bermakna baik dalam bentuk pikiran, pendapat maupun perasaan yang diungkapkan.
Oleh sebab itu tekhnologi komunikasi dapat diartikan sebagai sarana-prasarana (hardware, software, useware), struktur kelembagaan, dan nilai-nilai sosial dalam sistem dan metoda yang diperlukan untuk perolehan, penyandian, pengkomunikasian, pengumpulan, penyimpanan, pengolahan/penafsiran, pengorganisasian, penggunaan pertukaran, dan penyebaran informasi untuk membentuk suatu pemahaman atau persamaan persepsi dan tindakan.
Tekhnologi komunikasi informasi merupakan suatu tekhnologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, relevan, akurat dan tepat waktu melalui efektivitas pemanfaatan tekhnologi informasi.
Efektivitas pemanfaatan tekhnologi informasi memberikan kontribusi dalam pelaksanaan tugas-tugas dengan baik untuk meminimalisasikan kesalahan manusia (human error) seperti kelupaan, kelelahan, dll. Selain itu, pemanfaatan tekhnologi informasi memberikan berbagai alternatif pilihan dalam pemecahan masalaah dalam kehidupan manusia dan memenuhi kebutuhan hidup manusia untuk mencapai kualitad kehidupan yang lebih nyaman dan sejahtera.
Adapun penerapan, pengembangan dan pendayagunaan tekhnologi informasi juga dapat meningkatkan kinerja dan memungkinkan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan dengan cepat, tepat dan akurat, sehingga akhirnya akan meningkatkan produktivitas termasuk didalamnya peningkatan kualitas pendidikan.
Dengan adanya perkembangan tekhnologi informasi dalam bidang pendidikan telah memungkinkan diadakannya belajar jarak jauh yang menggunakan VCD multimedia interaktif. video teleconference, radio broadcasting for education, e-dukasi.net, multi media pembelajaran dan pengembangan jaringan,  dll. Tekhnologi informasi dalam pendidikan jarak jauh dapat mempermudah interaksi antara guru dan peserta didik maupun interaksi antara peserta didik dalam mendiskusikan materi; mempermudah dalam penemuan sumber belajar, dll.
Penerapan tekhnologi informasi berdampak pada perubahan struktural dan budaya dalam masyarakat (cara belajar, bekerja, bermain dan berpikir) dan meningkatakan kualitas inovasi baik dalam hal pembelajaran, pekerjaan, permainan dan pemikiran. penerapan tekhnologi juga mempengaruhi perkembangan budaya konsumtif, maraknya gejala hedonistik (kenikmatan dunia), perubahan etika, moral, sikap, mental, merenggangnya sikap sosial dan kekerabatan, banjirnya informasi, dll.
Tekhnologi komunikasi berpotensi untuk digunakan dalam bentuk perpustakaan elektronik, surat elektronik, ensiklopedia, sistem distribusi bahan belajar secara elektronik/digital, teledukasi dan latihan jarak jauh dalam cyber system, jurnal ilmiah, masalah pendidikan, pengembangan homopage, vidieo teleconference, dll.
jadi, tekhnologi komunikasi berpotensi untuk pendidikan dalam hal perluasan kesempatan belajar, penyajian program bermutu, perluasan cakrawala, memperpendek jarak dan waktu, merangsang proses berpikir, pendaya gunaan aneka sumber, tumbuhnya profesi baru, meluasnya partisipasi masyarakat, dll.
Namun komunikasi informasi masih mengalami kendala dan hambatan dalam hal tidak adanya kebijakan pemerintah untuk hal tersebut yang jelas dan konsisten, kurangnya dukungan dan komitmen dan kerjasama antar lembaga dan antar organisasi dari berbagai pihak, keengganan menerima inovasi, ketiadaan pembiayaan/anggaran khusus untuk pengembangan tekhnologi komunikasi informasi, kurangnya kompetensi SDM, kesulitan penjadwalan, minimnya tenaga ahli dalam bidang tekhnologi komunikasi informasi, dll.
Tekhnologi informasi dapat mengundang partisipasi masyarakat dalam bentuk kontrol secara langsung terhadap hal-hal yang dinilai kurang/tidak tepat/tidak sesuai atau bahkan bertentangan dengan nilai-nilai dari apa yang disampaikan oleh tekhnologi tersebut. Tekhnologi informasi juga membangun kerjasama masyarakat/dosen dengan PUSTEKOM untuk membuat naskah pembelajaran

Kecenderungan Global dalam Pemanfaatan Tekhnologi Komunikasi Dan Sistem Pendidikan Terbuka Dan Jarak Jauh
Latar belakang historistis pemanfaatan tekhnologi komunikasi informasi untuk pendidikan adalah untuk menghindari tindakan kesalahan yang sama, tidak mengulangi tindakan yang tidak perlu dilakukan, untuk mengetahui tindakan yang dilakukan oleh seseorang/kelompok/masyarakat dan untuk mengetahui arah pembangunan.
Dewasa ini, kecederungan global berkaitan dengan gerakan pembangunan Indonesia, terutama berkaitan dengan system ekonomi terbuka dan perdagangan bebas diera globalisasi. Masyarakat mengalami dinamika yang menuju kedunia keterbukaan melalui gerakan globalisasi.
Gerakan globalisasi selalu disertai oleh perkembangan IPTEK yang dapat semakin dirasakan kebutuhannya untuk menjadikan masyarakat kaya akan informasi sehingga dapat mengadakan perencanaan jangka panjang pembangunan, desentralisasi, demokratis aktif melalui pola jaringan kerjasama yang sudah ditentukan sebelumnya. Jadi penerapan dan pengembangan IPTEK merupakan pendukung utama terjadinya proses gerakan globalisasi khususnya dalam pendidikan.
Gerakan globalisasi Tekhnologi komunikasi dan informasi pendidikan merupakan salah satu bidang ilmu yang merupakan terapan dari komunikasi dengan memadukan teori psikologi dan pendidikan/pembelajaran. Bidang ilmu ini merupakan hal yang baru berkembang seiring dengan perkembangan tekhnologi informasi dan komunikasi
Gerakan globalisasi juga telah memicu kecenderungan pergeseran dalam dunia pendidikan dari pendidikan tatap muka yang konvensional kearah pendidikan yang lebih terbuka dan dua arah, beragam, multidisipliner, serta terkait pada produktivitas kerja saat itu juga dan kompetetif. Pendidikan lebih bersifat fleksibel, terbuka, dan dapat diakses oleh siapapun juga. Pendidikan juga lebih ditentukan oleh jaringan informasi yang memungkinkan interaksi dan kolaborasi.
Adapun kecenderungan global pendidikan diIndonesia dimasa mendatang adalah berkembangnya pendidikan terbuka dengan modus belajar jarak jauh (Distance Learning); Sharing resource antar lembaga pendidikan/latihan dalam sebuah jaringan perpustakaan dan instrumen pendidikan lainnya sebagai sumber belajar; dan pemanfaatan perangkat tekhnologi informasi interaktif dalam pendidikan.
Sistem pendidikan sudah lebih meluas dan terbuka bagi peserta didik dan berangsur-angsur meninggalkan sistem pendidikan yang konvensional. Konsep pendidikan yang bertumpu pada tekhnologi informasi  memfungsikan guru maupun dosen sebagai fasilitator yang mengarahkan peserta didik untuk mendapatkan pengetahuan melalui pemanfaatan beberapa sumber belajar.
Kesepakatan dunia tentang system pendidikan terbuka dalam rangka kerjasama antar Negara berkembang dengan jumlah penduduk besar  telah mensepakati deklarasi New Delhi th. 1993, deklarasi Bali th. 1995 dan kesepakatan di Recife (Brazilia) th. 2000.
Deklarasi New Delhi th. 1993 bertujuan untuk mewujudkan gagasan pendidikan untuk semua (Education for all = EFA). Oleh sebab itu perlu mengembangkan SISDIKKA & JA untuk menjebatani jurang perbedaan pendidikan.
Deklarasi Bali th. 1995 bertujuan untuk memprioritaskan pengembangan SISDIKKA & JA untuk peningkatan guru, kampanye pemberantasan buta aksara, dan merangsang tumbuhnya mobilisasi sosial.
Kesepakatan di Recife (Brazilia) th. 2000 bertujuan digunakan tekhnologi modern dalam segala aspek EFA.
Adapun SISDIKKA & SISDIKJA memiliki konsep yang sama. Konsepnya adalah pendidikan yang berlangsung sepanjang hayat yang berorientasikan pada kepentingan, kondisi dan dengan berbagai pola belajar dengan menggunakan aneka sumber belajar. Namun perbedaannya adalah semua DIKJA adalah DIKKA, tapi tidak semua DIKKA berupa DIKJA. DIKJA adalah DIKKA dengan program belajar yang terstruktur relatif tetap dan pola pembelajaran yang berlangsung dengan   keterpisahan antara pendidik dan peserta didik, sehingga  interaksi antara pendidik dan peserta didik kurang optimal.
Oleh sebab itu, sejumlah institusi pendidikan jarak jauh berupaya untuk menciptakan komunikasi yang interaktif melalui berbagai cara, misalnya dengan mendesain bahan ajar sedemikian rupa sehingga dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran interaktif, upaya lainnya yaitu menyediakan sarana tutorial bagi peaserta didik  dan memanfaatkan media tertentu yang menjadi sarana untuk aksi antara pendidik dan peserta didik.
SISDIKJA dapat diselenggarakan pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Peserta didik terpisah dari pendidik. Pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui tekhnology komunikasi informasi, dan media lain. SISDIKJA juga memberikan layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau reguler.
Sementara itu SISDIKKA menyelenggarakan  fleksibilitas pilihan dan waktu penyelesaian program lintas satuan dan jalur pendidikan (multy entry-multy exit system). Peserta didik dapat belajar sambil bekerja. Peserta dapat mengambil program pendidikan pada jenis jalur pendidikan yang berbeda secara terpadu dan berkelanjutan melalui pembelajaran tatap muka atau jarak jauh.
Latar Belakang penyelenggaraan SISDIKJA dan SISDIKKA
Berdasarkan landasan ontologi, kondisi geografis Indonesia terdiri dari kepulauan dan perairan dan terletak digaris katulistiwa. Sehingga jelas akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan globalisasi yang simultan. Perkembangan globalisasi menuntut kepekaan organisasi dalam merespon perkembangan yang terjadi agar tetap exist dalam kancah persaigan global. Jadi, dunia pendidikan harus dapat mengantisipasi kecenderungan-kecenderungan global yang akan terjadi. Kecenderungan-kecenderungan tersebut menuntut kualitas menuntut sumber daya manusia, sehingga hal ini  mengharuskan adanya pengembangan pendidikan yang mampu menghasilkan lulusan dengan kualitas yang memadai untuk menghadapi kecenderungan-kecenderungan tersebut.
 Globalisasi telah memicu kecenderungan pergeseran dalam dunia pendidikan, dari endidikan tata muka yang konfensional kearah pendidikan yang lebih terbuka,  fleksibel dan dapat diakses oleh siapa saja yang memerlukan tanpa pandang faktor usia, gender, lokasi, kondisi sosial ekonomi, maupun pengalaman pendidikan sebelumnya.
            Fenomena di atas mengingatkan kita pada  ramalan Ivan Illich awal tahun 70an tentang pendidikan tanpa sekolah yang secara ekstrimnya guru tidak lagi diperlukan. Mason berpendapat bahwa pedidikan mendatang agar lebih menentukan jaringan informasi yang memungkinkan interaksi dan kolaborasi, bukannya gedung sekolah. Namun, teknologi tetap akan memperlebar jurang antara si kaya dan si miskin.
            Berbeda dengan Tony Bates, menyatakan bahwa teknologi dapat meningkatkan kualitas dan jangkauan bila digunakan secara bijak untuk pendidikan dan latihan, dan mempunyai arti yang sangat penting bagi kesejahteraan ekonomi. Dilain pihak Alisjahbanna mengemukakan bahwa pendekatan pendidikan dan pelatihan nantinya akan bersifat saat itu juga ( just on time ) yang akan melahirkan teknik pengajaran baru yang berifat dua arah, kolaborasi dan interdisipliner. Sehingga Romiszowski dan Mason memprediksi adanya pengunaan Computer Based Multim.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa globalisasi dapat mempengaruhi sistem pendidikan mendatang yang akan lebih bersifat terbuka, dua arah, beragam, multidisipliner, terkait pada produktifitas kerja yang dibutuhkan saat itu, dan kompetitif.
Sistem pendidikan ini bertujuan untuk memperluas kesempatan pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan secara merata, meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan pembangunan dan meningkatkan efisiensi dalam penyelenggaraan pendidikan. Jadi, sistem ini merupakan sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh yang merupakan subsistem dari sistem pendidikan nasional.
Dalam landasan epistimologi, pemerataan pendidikan dapat berarti pemerataan kesempatan untuk bersekolah atau disebut pendidikan semesta (universal education). Pemerataan mutu pendidikan berarti menghilangkan kesenjangan mutu karena faktor sosial, ekonomis dan geografis. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dengan memberikan perlakuan yang berbeda termasuk subisidi atau beasiswa kepada mereka yang tidak mampu, juga untuk mereka penyandang kelainan. Pemerataan hasil perolehan pendidikan yang berarti para lulusannya mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh penghasilan yang setaraf.
Oleh sebab itu, sejak tahun 1976 pemerintah menetapkan kebijakan memperluas kesempatan belajar melalui pembangunan gedung sekolah baru, penambahan daya ampung sekolah yang ada (memperbesar rasio murid guru), mendirikan sekolah terbuka, menyelenggarakan pendidikan keterampilan, dll. Namun berdasarkan kriteria waktu, tenaga, biaya, dan organisasi akhirnya dipilih alternatif  sekolah terbuka.
Sementara dalam sudut pandang landasan aksiologis, keberadaan sekolah terbuka memberikan manfaat bagi peserta didik, bagi orang tua dan masyarakat dan bagi pemerintah.
Peserta didik dapat mengikuti pendidikan lanjut sesuai dengan kondisi mereka. Mereka masih dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari demi untuk kelangsungan kehidupan sosial ekonomi keluarga, sementara ia dapat belajar disela-sela kegiatan itu dengan bahan belajar mandiri berupa modul cetakan. Mereka dapat mencari bantuan narasumber yang ada didekatnya atau kelompok belajar sebaya yang diikutinya, atau guru pembina disekolah induk bila mereka menemui masalah dalam belajar.
Manfaat keberadaan sekolah terbuka bagi orang tua dan masyarakat adalah tidak mengganggu kegiatan sosial ekonomi, biaya pendidikan relatif murah dan dapat dijangkau, adanya penghargaan bagi anggota masyarakat yang mampu menjadi nara sumber. Sementara manfaat untuk pemerintah adalah dapat mempecepat perluasan kesempatan  belajar, tidak memerlukan biaya besar untuk pembangunan sekolah dan pengangkatan guru baru, meningkatnya partisispasi dan kepedulian masyarakat dibidang pendidikan, sebagai realisasi bahwa pendidikan adalah tanggungjawab bersama.
Oleh sebab itu kita perlu melakukan reformasi pendidikan yang menekankan pada sistem pendidikan yang lebih komprehensif dan fleksibel sehingga para lulusan dapat berfungsi secara efektif dalam kehidupan masyarakat global demokratis. pendidikan harus menghasilkan lulusan yang dapat memahami masyarakat dengan segala faktor yang dapat mendukung kesuksesan maupun yang dapat menghalangi penyebabnya kegagalan dalam kehidupan bermasyarakat. Pendidikan harus dirancang sedemikian rupa yang dapat memungkinkan para peserta didik mengembangkan potensi yang dimiliki secara alami dan kreatif dalam suasana penuh kebebasan kebersamaan dan tanggung jawab. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah mengembangkan pendidikan yuang berwawasan global.

Sistem Pendidikan Terbuka (SISDIKKA)
SISDIKKA memberikan kesempatan pada siapa saja, usia berapa saja untuk memperoleh pendidikan apa saja dari apa dan siapa saja, kapan saja diperlukan, dimana saja dengan cara apa saja yang dimungkinkan, serta dengan berbagai pola yang saling melengkapi.
Dalam SISDIKKA, peserta didik dapat memperoleh pendidikan dirumah (Home-based education), di lembaga pendidikan non formal seperti kelompok bermain dan juga termasuk dilembaga pendidikan formal termasuk sekolah. Peserta didik dapat memperoleh pendidikan ini dengan pilihan fleksibel (dalam kesempatan memperolehnya maupun waktu penyelesaian program). Peserta didik juga dapat belajar sambil bekerja atau mengambil beberapa program pendidikan sekaligus pada jenis dan jalur pendidikan yang berbeda secara terpadu dan berkelanjutan.
Adapun pengakuan hasil pendidikan sepanjang hayat ini tidak didasarkan ijazah, diploma atau sertifikat, tetapi pada pengakuan oleh masyarakat, atas kinerja peserta didik dimasyarakat.

Penyelenggaraan SISDIKKA & SISDIKJA
Pemerintah telah mengatur sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh dalam Undang-undang RI No. 20/2003 diantaranya adalah pasal 1-15 yang mengatur bahwa pendidikan jarak jauh adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui tekhnologi komunikasi, informasi dan media lain.
Aturan lainnya adalah pasal 4-2 yang mengatur penyelenggaraan pendidikan merupakan suatu kesatuan yang sistematik dengan sistem terbuka dan multi makna. Sementara itu dalam pasal 31-1 mengatur tentang penyelenggaraan pendidikan jarak jauh pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Aturan ini dipertegas lagi dalam pasal 31-1 yang mengatur tentang penyelenggaraan pendidikan jarak jauh ditempuh dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan.
Adapun pola pembelajaran sekolah terbuka berbeda dengan pola pembelajaran reguler. Heinich (1970) membedakan pola pengelolaan pembelajaran menyeluruh dalam lima pola yakni pola pertama adalah guru saja dan peserta didik. Pola kedua adalah guru dengan media dan peserta didik. Pola ketiga adalah media, guru dan peserta didik. Pola keempat adalah guru dengan media, media dengan guru dan peserta didik. Pola terakhir adalah media saja dan peserta didik.
Sekolah reguler menggunakan pola pembelajaran guru saja dan peserta didik. Pola guru dengan media dan peserta didik juga digunakan dalam sekolah reguler. Demikian juga halnya dengan pola media, guru dan peserta didik tetap digunakan di sekolah reguler jika guru harus menggunakan media termasuk buku teks yang sudah ditentukan terlebih dahulu.
Sekolah terbuka menggunakan pola media, guru dan peserta didik. Pola guru dengan media, media dengan guru dan peserta didik juga digunakan di sekolah terbuka. Demikian juga halnya dengan pola media saja dan peserta didik yang digunakan disekolah terbuka. Guru sengaja merancang masing-masing media yang akan digunakan dalam pengelolaan kegiatan belajar. Guru juga berbagi peranan dengan media dalam hal pemberian materi. Jadi, guru memberikan materi tertentu dan materi lainnya disajikan oleh media. Sementara siswa menggunakan media saja dalam belajar mandiri.
Morris mengemukakan tiga pola pembelajaran. Tiga tahapan Morris adalah tujuan, keputusan isi dan metode, guru saja/guru dan media saja, tahapan keempa adalah guru saja, guru dan media serta terakhir

Sistem Pendidikan Jarak jauh
            Sistem pendidikan jarak jauh adalah metode pengajaran dimana aktifitas pengajaran dilaksanaka secara terpisah dari aktifitas belajar. Sebagian besar karena peserta didik bertempat tinggal jauh atau terpisah dari lokasi lemabaga pendidikan. Sebagian karena alasan sibuk, sehingga siswayang tinggalnya dekat lokasi lembaga pendidikan tidak dpat mengikuti proses pembelajaran di lembaga tersebut. Sistem pendidikan jarak jauh merupakan suatu alternatif pemerataan kesempatan dalam bidang pendidikan. Sistem ini dapat mengatasi beberapa masalah yang ditimbulkan akibat keterbatasan tenaga penngajar, jarak antara lembaga pendidikan dan peserta didik yang berjauhan, dan lain-lain.
            Di beberapa negara maju, pendidikan jarak jauh merupakan alternatif pendidikan yang cukup digemari. Sebelumnya sistem pendidikan dilaksanakan dengan surat menyurat atau di lengkapi dengan materi audio dan video tapi dewasa ini sistem pendidikan jarak jauh berbasis pada web atau teknologi informasi yang dapat diakses melalui internet.
            Sistem pendidikan jarak jauh tetap membutuhkan sarana prasarana penunjang pendidikan seperti pada sistem pendidikan langsung atau konvensional. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan pendidikan sesuai dengan jenjang kependidikan. Sarana penunjang dapat berupa modul pelajaran dan juga dapat berupa teknologi informasi. Teknologi informasi dan komunikasi sangat membantu sistem pendidikan jarak jauh, sehingga pendidikan jarak jauh membutuhkan pengelolaan dan manajemen pendidikan yang khusus, agar tujuan pendidikan dapat terwujud.

Distance Teaching, Distance Learning, dan Distance Education
Mungkin Anda menjadi bingung bila membaca istilah-istilah yang hampir sama di atas, lebih-lebih karena istilah-istilah tersebut seringkali digunakan  secara bergantian atau tumpang tindih (interchangable)
Keegan (1986) membedakan ketiga istilah tersebut sebagai berikut.
Distance Teaching berusaha mengembangkan bahan belajar mandiri yang bermutu yang dapat digunakan oleh lembaga pendidikan  untuk memberikan pelajaran dari jauh. Orang-orang yang menggunakan istilah ini lebih menekankan pada penyediaan bahan belajar untuk mengajar, tetapi kurang memperhatikan bagaimana proses belajar dapat terjadi pada diri siswa. Padahal bahan belajar yang dikembangkan dengan biaya mahal itu kadang-kadang tidak dapat mengajarkan apa-apa, karena tidak dipakai oleh siswa atau karena siswa tidak tahu cara memakainya. Dengan perkataan lain istilah distance teaching itu terlalu berorientasi pada guru (teacher oriented).
Sebaliknya Distance Learning lebih banyak menekankan pada proses belajar siswa. Orang yang menggunakan istilah ini banyak memikirkan mengenai bantuan-bantuan yang perlu diberikan kepada siswa supaya mereka belajar dan dapat memahami isi pelajarannya. Tetapi sayang orang-orang ini kurang memikirkan bagaimana bahan belajar jarak jauh yang bermutu dan mudah dipelajari siswa harus dikembangkan. Dengan perkataan lain istilah distance learning terlalu berorientasi pada siswa (student oriented).
Istilah Distance Education merupakan perpaduan istilah Distance Teaching dan Distance Learning tersebut dan lebih tepat untuk digunakan. Dalam sistem Distance Education siswa belajar secara terpisah dari guru, karena itu bahan belajar yang digunakan harus disusun secara khusus supaya relatif lebih mudah untuk dipelajari siswa sendiri. Bahan belajar ini tidak cukup hanya dikembangkan oleh ahli isi pelajaran (content specialist) sendiri saja, melainkan perlu melibatkan ahli pengembang pembelajaran, ahli media, dsb. dalam penyusunannya. Namun perlu disadari bahwa betapapun bahan belajar itu telah disusun supaya dapat dicerna sendiri oleh siswa, kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa waktu belajar secara mandiri selalu ada. Karena itu perlu adanya bantuan pelayanan dan bantuan belajar bagi siswa. Dengan perkataan lain perlu adanya sistem pengelolaan belajar jarak jauh yang baik supaya di samping penyediaan bahan belajar yang baik dapat juga disediakan bantuan belajar yang cukup.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar